China mengatakan penerbangan pesawat militer AS di atas Selat Taiwan pada Senin (27/2) “membahayakan perdamaian dan stabilitas” di kawasan itu.
Komando Area Timur Tentara Pembebasan Rakyat mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya memantau secara ketat patroli maritim Angkatan Laut AS dan pesawat pengintai saat mereka terbang di atas jalur air yang memisahkan China daratan dan pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri. Komando itu mengatakan penerbangan itu “sengaja mengganggu dan mengganggu situasi regional serta mengganggu perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.”
Pernyataan itu juga memperingatkan bahwa pasukan di kawasan itu “mempertahankan tingkat kewaspadaan tinggi setiap saat dan akan dengan tegas mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial.”
Armada ke-7 Angkatan Laut AS mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pesawat terbang di atas Selat (Taiwan) di wilayah udara internasional. “Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana saja yang diizinkan hukum internasional termasuk di atas Selat Taiwan,” kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa dengan melakukan itu AS “menjunjung tinggi hak navigasi dan kebebasan semua negara.”
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, meskipun pulau itu telah memiliki pemerintahan sendiri sejak akhir perang saudara China pada tahun 1949, ketika pasukan Nasionalis Chiang Kai-shek melarikan diri ke pulau itu ketika mereka diusir dari daratan oleh Komunis. dipimpin oleh Mao Ze Dong. China telah berjanji untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya dengan segala cara yang diperlukan, termasuk pengambilalihan militer.
China telah melakukan banyak latihan militer udara dan laut di dekat Taiwan dalam beberapa tahun terakhir untuk mengintimidasi pulau itu agar tidak secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan. China juga memberikan tekanan diplomatik pada negara-negara untuk memutuskan hubungan formal dengan Taiwan. [lt/ab]