Indonesia Angka ekspor Indonesia sejauh ini cukup memuaskan. Misalnya, per April 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor RI mencapai US$27,32 miliar. Namun dari jumlah tersebut, kontribusi ekspor produk UMKM dinilai masih relatif rendah.
Mendukung penilaian tersebut, data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, dari sebanyak 65 juta UMKM yang ada, kontribusi nilai ekspor nasional hanya sekitar 15 persen.
Hal ini cukup disayangkan mengingat produk UMKM Indonesia memiliki kualitas yang cukup untuk mampu bersaing di mancanegara.
Ternyata, ada beberapa hal yang membuat UMKM Indonesia kesulitan mengekspor produk ke suatu negara. Bisa jadi karena sulitnya melakukan pemasaran yang mampu bersaing di suatu negara, atau karena kurangnya pengetahuan bidang persaingan untuk mempromosikan produk sesuai kondisi pasar internasional.
Oleh karena itu sebenarnya UMKM perlu mengetahui kondisi pasar, kebutuhan produk, mengidentifikasi selera konsumen di negara tujuan, memahami kondisi hambatan perdagangan hingga jaringan distribusi di negara tujuan.
Penuhi Konsumsi Jemaah Haji, Pemerintah RI Siap Ekspor 500 Ton Ikan ke Arab Saudi
UMKM Indonesia vs negara lain
Belajar dari kondisi yang biasa ditemui ketika melihat produk luar negeri di Indonesia, tidak sulit menemukan produk dari negara lain, contohnya Korea Selatan, dalam keseharian kita.
Banyak sekali contoh yang dimaksud, mulai dari konten hiburan, restoran, hingga produk makanan mie instan yang menjamur dimana-mana. Di sisi lain, Indonesia memiliki total 64,19 juta UMKM, jauh lebih banyak dari jumlah UMKM Korea Selatan yang hanya berjumlah 6,8 juta.
Melihat kondisi tersebut, langkah strategis apa yang harus dilakukan oleh UMKM agar mampu bersaing secara global?
Salah satu hal yang perlu dipelajari adalah pentingnya strategi agar ekspor produk UMKM dapat memasuki titik-titik perdagangan yang strategis. Karena ini akan memudahkan para penggiat UMKM untuk mendapatkan peluang ekonomi yang lebih besar.
Pertanyaan selanjutnya adalah, negara mana yang harus kita pilih sebagai strategi bersaing secara global?
Ekspor-Impor Positif, Neraca Perdagangan RI Januari 2023 Surplus Nyaris Rp4 Miliar Dolar
Peluang titik strategis Turki
Turki bisa menjadi jawaban yang memungkinkan menjadi titik perdagangan strategis produk ekspor Indonesia, sebagai negara penghubung antara Eropa dan Asia, Turki bisa menjadi hub masuk dan keluarnya produk dari Asia ke Eropa, atau sebaliknya.
Biasanya, produk yang berhasil mendarat dan diterima masyarakat Turki, akan lebih mudah masuk ke wilayah Eropa. Selain itu, diketahui bahwa Turki memiliki daya beli yang cukup tinggi.
Kutipan Bisnis.com, diketahui pada triwulan II tahun 2022 tingkat konsumsi perekonomian Turki akan meningkat sebesar 7,6 persen. Bagaimana Indonesia bisa masuk dan memanfaatkan ini?
Perlu dicatat bahwa sejak tahun 1950, Indonesia dan Turki telah menjalin kerjasama bilateral yang kuat, terutama dalam konteks ekonomi. Ditambah pada 2019, Turki telah mencapai PDB sebesar 789 miliar dolar AS, dengan proyeksi ekonomi terbesar ke-12, dan PDB PPP sebesar 2,9 triliun dolar AS.
Dengan data potensi ekonomi tersebut, Turki merupakan mitra kerja sama ekonomi yang sangat potensial bagi Indonesia.
Teh Daun Kelor Moringa Kidom: Dari Souvenir G20 hingga Ekspor ke Swedia
Ekspor Indonesia ke Turki dan upaya memperluas jangkauan

Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Indonesia ke Turki hingga November 2022 mencapai total US$1,9 miliar. Dengan produk unggulan berupa hasil laut dan produk olahannya. Selain itu ada juga produk kopi, teh dan rempah-rempah, bahan dan barang anyaman, pakaian dan asesoris, serta produk alas kaki.
Perwakilan RI, KJRI Istanbul, sejauh ini telah melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan nilai ekspor produk UMKM dari Indonesia ke Turki.
Salah satunya dengan Diaspora Indonesia dan berbagai pemangku kepentingan memfasilitasi pertemuan bisnis, pengembangan jaringan, promosi ekspor dan investasi, serta mendorong partisipasi pelaku usaha pada pameran dagang khususnya Pameran Dagang Indonesia (TEI) yang dilakukan secara berkesinambungan.
Sebagai contoh, salah satu peluang yang diadakan untuk pemasaran produk adalah Pameran F Istanbul yang diselenggarakan pada bulan Juli 2022. Pada kesempatan tersebut perusahaan aggregator Industri dan UKM Indonesia bekerja sama dengan KJRI Istanbul, bekerja sama dengan Sido Muncul dan Pavilion Indonesia, untuk menjajaki pasar Turki melalui pameran F Istanbul.
Selama lima hari pameran, potensi perdagangan yang diraih Pavilion Indonesia bisa mencapai Rp 10 miliar, dengan estimasi penjualan lebih dari 12 kontainer produk yang dipesan. Baik produk kemasan maupun rempah asli Indonesia. Hasil lainnya, banyak juga produk yang dikirim ke lima negara yang berdekatan dengan Turki.
Pada tahun 2023, Diaspora Indonesia di Turki juga akan menggelar pameran produk UMKM Indonesia melalui Bazaar Ramazan yang akan diselenggarakan di Galataport, Kota Istanbul, pada Ramadan ini.
“Salah satu masalah bagi UMKM Indonesia adalah mampu go internasional adalah kurangnya mengetahui target pasar. Dengan mengikuti pameran atau pencocokan bisnis, sebenarnya bukan hanya lahan untuk memasarkan produk, tetapi juga harus menjadi media untuk mengenal pasar sehingga menjadi bisnis (jangka panjang) yang berkelanjutan.” jelas Septa Ermalia, selaku Ketua Pelaksana Bazar Ramadhan 2023.
Untuk diketahui, Galataport sendiri merupakan tempat bersejarah yang menjadi jantung aktivitas Kota Istanbul. Salah satu kabupaten utama yang terkenal dengan budaya dan kulinernya. Galataport memiliki akses yang cukup lengkap, seperti kapal pesiar, ruang perkantoran, restoran, hotel dan pertokoan.
“Bazaar Ramadhan yang akan digelar di Galataport ini merupakan salah satu area yang bisa dimanfaatkan UMKM Indonesia untuk mengenal pasar/konsumen Turki, dan juga untuk memasarkan produknya.” tambah Septa lagi.
Ekspor Awal 2023: 100 Ton Lada Hitam Masuk Tiongkok, Nilainya Tembus Rp7 Miliar