Saat warga Nigeria bersiap untuk memilih hari Sabtu, Siaran Bahasa Hausa VOA berbicara kepada orang-orang yang memiliki harapan, ekspektasi, dan ketakutan yang sama tentang ke mana tujuan negara.
Bagi Mustapha Abubakar dari negara bagian Zamfara, masalah utama yang harus diatasi adalah ketidakamanan.
Menurut UNHCR, lebih dari 3,1 juta orang mengungsi di dalam negeri dan 343.000 orang terpaksa meninggalkan negara itu karena kekerasan. Kekerasan ekstremis, bentrokan antar-komunitas, dan penculikan untuk tebusan semuanya berperan dalam memburuknya keamanan.
Kekerasan telah menciptakan iklim ketakutan di negara tersebut. Menurut Jajak Pendapat Gallup yang dirilis Jumat, warga Nigeria merasa kurang aman dibandingkan delapan tahun lalu ketika Presiden Muhamadu Buhari menjabat. Hanya sekitar 53% dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa mereka merasa aman berjalan sendirian di malam hari, turun dari 61% saat Buhari pertama kali terpilih.
Seperti yang dikatakan Safiya Ajao, pembuat film dari Jos, kepada VOA, “Sangat penting bagi kami untuk merasa aman di negara kami sendiri.”
Kepercayaan pada pejabat terpilih juga menurun di Nigeria. Pemilih mengutip isu-isu termasuk korupsi, ketidakmampuan menepati janji dan pemimpin yang tidak sejalan dengan rakyat telah merusak kepercayaan mereka pada pemerintah.
Menurut Gallup, 94% orang Nigeria melihat korupsi di pemerintahan tersebar luas. Persetujuan pemilih terhadap kepemimpinan telah turun dari lebih dari 60% pada tahun 2015 menjadi 24% pada tahun 2022. [lt/ab]