TEMPO. BERSAMA, Jakarta – Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat atau Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Pasukan ditempatkan di beberapa tempat, antara lain di Kampung Mamba dan Kampung Zoambili, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Saat ini pasukan Kostrad Skull Army dipimpin oleh Letnan Kolonel Inf Ardiansyah yang juga dikenal sebagai Raja Aibon Kogila.
Nah, seperti apa profil Skeleton Squad?
Dirangkum dari berbagai sumber, Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 305/Tengkorak merupakan salah satu pasukan elit di bawah Kostrad. Sejarah Pasukan Tengkorak sudah ada sejak perang kemerdekaan hingga pengamanan kelompok bersenjata di perbatasan negara.
Ketika Indonesia mulai membentuk organisasi militer pasca Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, Pasukan Tengkorak sudah dimulai. Namun, nama Skull baru diberikan beberapa tahun kemudian. Ketika militer Indonesia berusaha untuk melawan Belanda kembali menguasai Indonesia, Pasukan Tengkorak juga menghadapi berbagai pemberontakan di dalam negeri.
Pada agresi militer Belanda yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948, Pasukan Tengkorak melakukan long march menuju Jawa Barat. Saat itu, Komandan Pasukan Tengkorak adalah Nasuhi. Setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, Nasuhi dipromosikan menjadi Mayor Infanteri,
Berdasarkan Surat Perintah Divisi Siliwangi No. 56/DB/49 Tanggal 24 Agustus 1949, batalyon tersebut dipecah menjadi dua, masing-masing berkekuatan dua kompi pasukan, menjadi Brigade 13 Priangan Timur. Batalyon C yang berinti 3 dan 4 kompi ini akhirnya resmi bernama Batalyon Infanteri (Yonif) 305/Tengkorak pada akhir tahun 1951 dan bermarkas di Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pasukan Tengkorak terlibat dalam penumpasan DI/TII dan penyelamatan Panji Siliwangi tahun 1949, serta Operasi PRRI/Permesta tahun 1950, Operasi Dwikora tahun 1964-1965, penumpasan G30S/PKI tahun 1965, Operasi Kalbar tahun 1968 Penumpasan PGRS PARAKU, hingga penumpasan Gerakan Aceh Merdeka tahun 2002.
Skeleton Troop terus mengembangkan kemampuan anggotanya. Kemampuan pasukan terus diasah dan ditingkatkan dengan berbagai latihan. Dari infanteri biasa, keterampilan dikhususkan untuk lintas udara atau Linud. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar Para di Batujajar, pada tanggal 20 Mei 1966 nama Batalyon tersebut menjadi Yonif Linud 305/Tengkorak Brigif Linud 17 Kujang, Kodam VI/Siliwangi.
Selain itu, Skeleton Squad juga ditugaskan untuk misi internasional sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB. Mereka terlibat dalam Operasi Perdamaian di Kamboja sebagai Pasukan Garuda XII-A hingga C pada tahun 1992, Operasi Perdamaian di Lebanon sebagai Pasukan Garuda XXIII-A pada tahun 2006-2007, serta Operasi Perdamaian di Lebanon pada tahun 2015-2016. Pasukan Tengkorak juga terlibat mengamankan wilayah perbatasan negara, di Kalimantan Barat pada 2012-2013 dan Papua pada 2019-2020.
Pilihan Redaksi: HUT TNI ke-77: Mengenal 8 Kopassus TNI dari Denjaka, Kopassus hingga Kopasgat
Ikuti berita terbaru Tempo di Google News, klik di sini.