Sejumlah pejabat China tiba di Taiwan, Sabtu (18/2), dalam kunjungan pertamanya sejak pandemi COVID-19 merebak tiga tahun lalu. Mereka akan menghadiri acara budaya di Taiwan. Kunjungan itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan militer di Selat Taiwan.
Minggu ini, pemerintah Taiwan mengizinkan enam pejabat China untuk melakukan perjalanan ke Taipei untuk Festival Lentera atas undangan pemerintah kota. Delegasi dipimpin oleh Liu Xiaodong, wakil kepala kantor Shanghai, Kantor Urusan Taiwan.
Liu tidak menjawab pertanyaan wartawan saat tiba di Bandara Songshan di Taipei. Dia dan rombongan langsung diantar ke mobil van dengan pengamanan ketat dan segera meninggalkan bandara.
Sekitar selusin pendukung kemerdekaan Taiwan berdemonstrasi menentang kunjungan Liu di ruang kedatangan di luar bandara. Para demonstran berteriak, “Taiwan dan China, negara yang terpisah” dan “orang China, pergilah.” Sementara itu, sejumlah pengunjuk rasa pro-China berkumpul di dekat jalan bandara dan meneriakkan selamat datang.
Chilly Chen, kepala Kantor Republik Taiwan pro-kemerdekaan, mengatakan kepada Reuters bahwa orang Taiwan sangat ramah dan menyambut pengunjung dengan hangat. Namun, mereka khawatir pejabat China akan memaksakan kebijakan Beijing di pulau demokrasi itu.
“Semua yang dilakukan China adalah untuk melayani politik, dan tujuan mereka jelas merupakan front persatuan,” kata Chen, merujuk pada kebijakan China untuk mengkooptasi non-Komunis dan terutama rakyat China.
Dewan Urusan Daratan Taiwan, yang bertugas membuat keputusan di sekitar China, mengatakan karavan pejabat China diizinkan selama tidak menarik perhatian. Dewan juga berharap kunjungan tersebut akan meningkatkan saling pengertian dan “pertukaran yang sehat dan teratur” ke depannya.
Meskipun China telah menolak untuk berkomunikasi dengan pemerintah Taiwan sejak Presiden Tsai Ing-wen menjabat pada tahun 2016 karena dia dianggap separatis, pertukaran antar kota terus berlanjut hingga pandemi. [ft/ah]