TRIBUNMURIA.COM, JAKARTA – Indonesia adalah pencemar plastik terbesar kedua di dunia setelah China.
Menurut Bank Dunia, Indonesia menghasilkan hampir 8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya dan 5 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang tidak terkelola.
Cycles bekerja sama dengan pemerintah dan sejumlah produsen kebutuhan rumah tangga dengan kemasan plastik berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia.
“Indonesia sedang menghadapi salah satu tantangan lingkungan terbesar, yaitu pencemaran sampah plastik di laut.”
“Ini tentu ancaman darurat bagi lingkungan Indonesia, khususnya perairan,” kata COO & Co-Founder Cycle, Laksamana Sakti, di gudang Cycle, seperti dalam keterangannya, Sabtu (18/2/2023).
Dikatakan, untuk mengatasi masalah sampah plastik, pemerintah Indonesia memperkenalkan sebuah model Tanggung Jawab Produsen yang Diperpanjang (EPR) yang kemudian disahkan sebagai Road Map Pengurangan Sampah oleh Produsen.
Melalui aturan ini, produsen lokal diwajibkan mengurangi sampah plastik hingga 30 persen.
“Siklus juga hadir dan berperan penting dalam mendukung implementasi regulasi tersebut,” kata Laksamana.
Demi mendukung langkah pemerintah Indonesia, Cycles memutuskan untuk lebih proaktif dan bekerjasama dengan instansi terkait, regulator dan LSM.
Tahun 2022 kemarin, katanya, Cycles mulai bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk merancang regulasi & informasi terkait model isi ulang bahan kosmetik.
Cycles juga berkolaborasi dengan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) dan Partnering for Green Growth serta Global Goals 2030 (P4G) untuk membentuk kelompok Minat Khusus pertama di Indonesia yang berfokus pada penggunaan kembali.
Grup ini dibentuk untuk membahas standar dan kebijakan berkelanjutan yang sesuai untuk diadaptasi oleh peritel Indonesia.
Laporan dampak bisnis & lingkungan
Selama dua tahun pertama beroperasi, Cycles berfokus pada aktivasi percontohan, penelitian, survei konsumen, dan pengembangan model bisnis.